Meko (28/04/2020) Luapan sungai Meko kembali menggenangi pemukiman penduduk. Berdasarkan hasil pemantauan kurang lebih 85 Ha pemukiman penduduk terdampak banjir sungai Meko, dan 50 Ha terdampak banjir luapan sungai Ampu-Ampu.
Hal ini dipicu tingginya curah hujan sejak tanggal 27 hingga malam hari, yang mengakibatkan permukaan sungai Meko meluap dan Ampu-ampu meluap, diperparah lagi dengan robohnya tanggul sungai Meko yang mengarah ke pemukiman penduduk sekitar 60 meter. Dari pantauan air sungai mulai masuk ke pemukiman sekitar pukul 01.00 wita hingga pukul 07.00 wita permukaan air masih tinggi.
Pemerintah Desa Meko sudah berupaya melakukan upaya normalisasi, dengan cara menambal dan meluruskan aliran sungai serta mengajukan proposal ke badan atau balai yang berwenang menangani DAS Meko.
Sebagai jawaban Badan Wilayah Sungai Sulawesi III sedang melakukan upaya pemeliharaan berupa pembangunan tanggul sungai, tapi berhubung curah hujan yang tinggi, pekerjaan sering terkendala dan belum seratus persensen sambil menunggu permukaan sungai kembali turun, yang diperkiraan akhir bulan Mei 2020.
Sebenarnya luapan sungai Meko terjadi setiap tahun dan kondisi terparah akan terjadi dalam rentang 5 tahun sekali. Perombakan hutan juga menjadi salah satu faktor tingginya erosi sungai, sehingga upaya dari Pemerintah yang terus menyadarkan masyarakat pentingnya hutan untuk dijaga terlebih larangan untuk merombak wilayah Cagar Alam Pamona.